Powered By

Free XML Skins for Blogger

Powered by Blogger

Minggu, 30 Desember 2007

Distro Linux Untuk Orang Indonesia




Bukan mimpi bukan banyolan, siapa tahu ada yang ingin mewujudkannya

Cukup tergelitik hati saya untuk membuat tulisan ini. GNU/Linux atau Linux saja, ini yang lebih populer, adalah sebuah Sistem Operasi Open Source yang sering dibandingkan dengan Sistem Operasi Windows™ buatan Microsoft. Tapi saya tidak ingin membandingkan keduanya. Lalu? Saya hanya ingin mencoba melalakukan perkiraan, ya perkiraan, sebuah distro Linux yang cocok untuk orang Indonesia.

Kita mengetahui bahwa Windows adalah sistem operasi yang paling banyak digunakan di dunia, begitu pula di Indonesia. Karena hal itu, para pengguna komputer mempunyai kebiasaan-kebiasaan yang sama saat mengoperasikan sebuah PC: Windows Minded. Dari antarmuka pengguna, sampai cara instalasi sebuah aplikasi, boleh dibilang dilakukan secara seragam. Instalasi software biasa dilakukan dengan cara mengklik dua kali (double click) file instalasi tersebut (biasanya berbentuk .exe), semua sudah mafhum. Selanjutnya tinggal klik, next, next, next, dan finish.

Di lain pihak, Linux mulai mendapat perhatian sebagai sistem operasi alternatif selain Windows. IGOS, yang dicanangkan pemerintah RI–entah serius entah setengah hati, majalah Infolinux yang muncul awal tahun 2001 (saya pun berlangganan sejak edisi pertama sampai sekarang) juga mempunyai maksud mengenalkan dan mempopulerkan Linux kepada masyarakat Indonesia. Apa hasil yang telah dicapai? Pada awalnya orang tak pernah mengenal Linux. Pada awalnya, hanya ‘orang-orang gila saja’ yang menggunakan Linux, dan saya bagian dari itu, menjadi ‘gila’. Menurut pengamatan saya, Linux mulai memasyarakat pada akhir-akhir ini, ketika hampir semua distro menggunakan kernel 2.6 secara default. Dengan menggunakan versi kernel 2.6, dukungan perangkat keras pada Linux semakin meningkat.

Lalu distro apa yang cocok untuk orang Indonesia? Apalagi dengan banyaknya distro yang beredar makin membingungkan para pemula untuk mencoba Linux. Belum lagi distro-distro buatan dalam negeri.Teman saya yang cukup berminat terhadap Linux punya pertanyaan-pertanyaan (pernyataan-pernyataan) yang cukup mewakilkan kebanyakan pengguna Windows yang ingin mencoba Linux.

1. Bagaimana caranya menginstal Linux? Apakah semudah Windows?
2. Bagaimana menginstal software di Linux? (Katanya .rpm itu mirip dengan .exe di Windows, dahulu, saya juga punya pikiran seperti ini)
3. Apakah linux bisa ‘found new hardware‘ ketika kita menambahkan perangkat keras baru?
4. Apakah Linux bisa mencetak seperti di Windows? Apakah software bawaan printer bisa diinstal di Linux?
5. Apakah Linux bisa buat akses internet? Apakah modem saya bisa digunakan di Linux?
6. Apakah Linux punya aplikasi seperti Microsoft Office?
7. Apakah Linux bisa memainkan berkas .mp3 seperti di Windows? Apakah ada WinAmp di Linux?
8. Game seperti apakah yang bisa dimainkan di Linux? Bisakan Linux memainkan game-game untuk Windows?

Masih banyak pertanyaan lain. Tapi saya coba membatasinya hanya delapan butir saja. Bagi saya pertanyaan-pertanyaan itu cukup mewakilkan kebanyakan orang Indonesia yang ingin mencoba Linux, sangat manusiawi. Karena kebanyakan mereka biasa menggunakan Windows. Dari pertanyan-pertanyaan sepele tersebut, mungkin bisa dijadikan acuan bagi pengembang distro di tanah air untuk membuat distro yang cocok untuk orang Indonesia kebanyakan. Kalau Anda mencari distro yang saya maksud, saya tidak menyediakan jawabannya. Tapi saya hanya ingin mengajak semua para pengembang Linux di tanah air untuk memperhatikan perkembangan distro buatan mereka. Tidak sekedar timbul tenggelam.

Saya berharap distro yang dibangun oleh pengembang Indonesia, memperhatikan hal-hal berikut:

1. Berorinetasi desktop, tapi aplikasi server juga jangan diabaikan begitu saja.
2. Dibangun dari awal (from scratch), gunakan Installer GUI yang ramah pengguna, tapi jangan terlalu banyak memakan sumber daya. Mungkin bisa cek InstallJammer yang digunakan oleh SaxenOS atau bisa contoh instalernya CCUX Linux.
3. Jangan terlalu banyak dependensi, atau kalau mungkin abaikan saja dependensi. Ini karena kebiasaan pengguna Windows yang cukup mengklik .exe saja untuk instalasi sofware. Sertakan saja README bila ternyata sebuah software tergantung dengan software yang lain
4. Gunakan .rpm atau mungkin .deb sebagai manajemen paket, karena pengguna Windows lebih mengenal paket .rpm atau mungkin .deb yang mulai populer bersamaan dengan semakin populernya Ubuntu… hihihihi bukan Debian. Catatatan: .rpm atau .deb hanya sekedar bentuk pemaketan software, jangan terlalu memisah software menjadi kecil-kecil yang bermuara pada dependency hell
5. Sertakan aplikasi pihak ketiga by default seperti Java, Adobe Reader, dan Flash Player
6. Sertakan driver VGA seperti NVIDIA dan ATI, driver printer, juga driver modem internal yang populer di Indonesia.
7. Mendukung format .mp3 atau format multimedia populer lainnya, kebanyakan distro populer seperti OpenSuSE, Ubuntu atau Fedora Core mengharuskan penggunanya untuk mengunduh pustaka mp3 dari internet, minimal menunggu majalah Infolinux memberi ekstra paket untuk ketiga distro tersebut.
8. Untuk aplikasi perkantoran, sebisa mungkin OpenOffice dibuat lebih irit RAM. (Hihihihi)
9. Perbanyak game-game yang menarik, tidak hanya game bawaan KDE/GNOME. (Ayo.. ayo..)
10. Update/Upgrade sebisa mungkin jangan via internet, mahal, lebih baik disertakan pada bonus CCD majalah komputer yang beredar di Indonesia, terutama Infolinux.
11. Jangan lupa, dukungan terhadap distro tersebut jangan terhenti di tengah jalan, seperti kebanyakan distro-distro bikinan orang Indonesia sebelumnya. Viva Open Source/Linux Indonesia!

Ada yang mau menambahkan?
Ini hanya sekedar wacana. Berharap orang-orang yang berkecimpung di Yayasan Penggerak Linux Indonesia mau memperhatikan para pemula Linux. Dan seluruh aktivis Linux Indonesia mau meluangkan tenaga dan waktunya untuk membuat distro khas Indonesia yang ramah pengguna. Distro yang –work out of the box– bekerja tanpa terlalu banyak campur tangan user. Apakah ini mimpi di siang bolong?